RESUME BUKU 3
Quantity Theory of Money
By
Milton Friedman
“Quantity Theory of Money” karya Milton
Friedman yang disajikan dalam The New
Palgrave: A Dictionary of Economics membahas tentang prinsip-prinsip dasar Quantity Theory of Money. Di mana dalam
karyanya ini terbagi atas beberapa sub bagian, yaitu sebagai berikut:
1.
Teori formal
a. Kuantitas uang nominal vs ril
Friedman menekankan pentingnya memahami kuantitas uang
nominal versus riil. Kuantitas nominal mengacu pada jumlah uang dalam satuan
yang digunakan untuk menyebut uang (misalnya dolar, euro), sedangkan kuantitas
riil adalah jumlah uang yang dinyatakan dalam volume barang dan jasa yang dapat
dibeli dengan uang tersebut.
Kuantitas uang riil bergantung pada definisi tertentu
yang dipilih untuk kuantitas nominal dan dapat berbeda-beda menurut kumpulan
barang dan jasa yang diungkapkannya. Salah satu cara menghitung jumlah uang
riil adalah dengan membagi jumlah nominal uang dengan indeks harga, atau dengan
menggunakan durasi waktu aliran barang dan jasa yang dapat dibeli dengan uang
tersebut.
Teori kuantitas uang menerima uang sebagai kuantitas
riil, bukan kuantitas nominal, karena kuantitas rill merupakan hal yang paling
penting bagi pemegang uang. Dalam situasi tertentu, orang ingin memiliki
kuantitas uang riil yang cukup pasti, dan mereka akan berusaha untuk
menggunakan kelebihan saldo uang mereka dengan membayar jumlah yang lebih besar
untuk pembelian surat berharga, barang, dan jasa, untuk pembayaran utang, dan
sebagai hadiah, daripada menerima uang dari sumber terkait.
Selain itu, perubahan harga dan pendapatan nominal
dapat disebabkan oleh perubahan saldo riil yang ingin dimiliki masyarakat atau
perubahan saldo nominal yang tersedia untuk mereka miliki. Teori kuantitas uang
juga menyatakan bahwa peningkatan jumlah uang beredar nominal dapat menyebabkan
kenaikan harga dan mungkin juga peningkatan output. Hal Ini berarti bahwa
perubahan besar dalam harga atau pendapatan nominal hampir selalu disebabkan
oleh perubahan jumlah uang beredar nominal.
b. Persamaan kuantitas
Persamaan kuantitas uang mencoba menggambarkan
hubungan antara aliran pembayaran uang dan pertukaran barang atau jasa dalam
bentuk matematis. Adapun versi terkenal dari persamaan kuantitas adalah versi
transaksi yang dikembangkan oleh Simon Newcomb (1885) dan dipopulerkan oleh
Irving Fisher (1991), yang dirumuskan dalam persamaan MV = PT atau MV + M'V' =
PT, di mana M adalah volume mata uang, V adalah kecepatan mata uang, M' adalah
volume simpanan, dan V' adalah kecepatan simpanan. Persamaan ini menekankan
pada transaksi sebagai peristiwa dasar, di mana satu aktor ekonomi mentransfer
barang atau jasa dan menerima transfer uang sebagai gantinya. Adapun kecepatan
mata uang (V) dan kecepatan simpanan (V') didefinisikan sebagai jumlah kali
mata uang atau simpanan "beredar" dalam periode waktu tertentu.
Selanjutnya terdapat dua pendekatan dalam teori
kuantitas uang, yaitu pendekatan transaksi dan pendapatan, kedua pendekatan ini
menekankan pada perbedaan konsep penting tentang peran uang. Pendekatan
transaksi menekankan pada transfer uang, sementara pendekatan pendapatan
menekankan pada penggunaan uang sebagai aset. Disisi lain terdapat pendekatan Cambridge cash-balance yang menekankan
pada aspek uang sebagai tempat penampungan pembelian, di mana uang dipertimbangkan
sebagai aset yang dapat dipertukarkan dengan barang atau jasa lainnya. Hal ini
menekankan pada kebutuhan individu atau perusahaan untuk memiliki uang sebagai
"tempat penampungan pembelian".
Persamaan kuantitas uang juga dinyatakan dalam bentuk
tingkat perubahan, yang lebih digunakan untuk analisis perubahan moneter.
Misalnya, mengambil logaritma dari kedua sisi persamaan dan menghitung
turunannya terhadap waktu yang dapat menunjukkan perubahan dalam tingkat
inflasi dan perubahan dalam kuantitas uang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori kuantitas uang
mencoba menggambarkan hubungan antara kuantitas uang dan transaksi atau
pendapatan dalam ekonomi. Pendekatan transaksi, pendapatan, dan Cambridge
cash-balance menawarkan perspektif yang berbeda tentang peran uang dalam
ekonomi, dengan setiap pendekatan menekankan pada aspek yang berbeda dari peran
uang sebagai alat transfer, aset, atau tempat penampungan pembelian.
c. Penyediaan uang
Penyediaan uang dalam teori kuantitas uang, khususnya
dalam versi saldo kasnya, menekankan pada faktor-faktor yang menentukan jumlah
uang nominal yang tersedia untuk disimpan, yaitu sebagai berikut:
1)
Jumlah uang berdaya
tinggi (high-powered money) yang
didalamnya mencakup mata uang logam dan surat utang atau kewajiban simpanan
yang diterbitkan oleh otoritas moneter. Uang berdaya tinggi ini digunakan
sebagai mata uang atau sebagai cadangan oleh bank.
2)
Rasio simpanan
bank terhadap kepemilikan uang berdaya tinggi yang mencerminkan seberapa banyak
simpanan bank dibandingkan dengan kepemilikan uang berdaya tinggi di bank.
3)
Rasio simpanan
masyarakat terhadap kepemilikan mata uang yang mencerminkan seberapa banyak
simpanan masyarakat dibandingkan dengan kepemilikan mata uang publik.
Pada dasarnya, teori kuantitas uang menyatakan bahwa
jumlah uang nominal yang tersedia untuk disimpan (M) dapat dikalkulasikan
sebagai rasio dari jumlah uang berdaya tinggi (H) dengan rasio simpanan bank
terhadap kepemilikan uang berdaya tinggi (D/R) dan rasio simpanan masyarakat
terhadap kepemilikan mata uang (D/C). Rasio ini disebut pengganda uang (money multiplier).
Pada bagian ini juga membahas mengenai sistem moneter
modern yang menggunakan uang fiat, di mana uang fiat ini memiliki peranan yang
berbeda dalam menentukan jumlah uang berdaya tinggi. Dalam sistem ini, jumlah
uang berdaya tinggi ditentukan oleh otoritas moneter, yang terdiri dari bank
sentral dan otoritas fiskal. Sehingga kebijakan dan prosedur operasional mereka
dapat mempengaruhi jumlah uang berdaya tinggi. Adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhi penyediaan uang termasuk rasio simpanan-cadangan dan rasio
simpanan terhadap mata uang, juga dipengaruhi oleh kebijakan perbankan dan
preferensi masyarakat.
Sementara itu, dalam konteks uang fiat, pemerintah
memiliki kontrol yang lebih besar atas ekonomi karena mereka dapat mengontrol
jumlah uang yang dicetak. Namun, risiko terbesar dari uang fiat adalah
kemampuannya untuk menyebabkan inflasi atau hyperinflasi jika terlalu banyak
dicetak.
Selain itu, teori kuantitas uang juga mencakup konsep
"pendapatan uang" dan "penyediaan uang", serta bagaimana
keduanya saling menyesuaikan. Perubahan dalam kuantitas uang nominal dapat
mempengaruhi kuantitas uang riil yang diinginkan, dan sebaliknya, perubahan
dalam kuantitas uang riil yang diinginkan dapat mempengaruhi kuantitas uang
nominal yang tersedia.
d. Permintaan uang
Teori kuantitas dalam versi saldo kas menekankan peran
uang sebagai aset, yang menunjukkan bahwa permintaan uang harus dianggap
sebagai bagian dari teori modal atau kekayaan, yang berkaitan dengan komposisi neraca
atau portofolio aset. Dalam sudut pandang ini, penting untuk membedakan antara
pemegang kekayaan utama, yang melihat uang sebagai salah satu bentuk yang
mereka pilih untuk menyimpan kekayaan, dan perusahaan, yang melihat uang
sebagai barang produksi seperti mesin atau inventaris.
Permintaan oleh pemegang kekayaan tertinggi dapat
diharapkan sebagai fungsi utama dari variabel-variabel berikut:
1)
Kekayaan total, yang
merupakan analog dari batasan anggaran dalam teori pilihan konsumen. Ini adalah
total yang harus dibagi di antara berbagai bentuk aset. Dalam praktiknya,
perkiraan kekayaan total jarang tersedia. Sebagai gantinya, pendapatan dapat
berfungsi sebagai indeks kekayaan. Namun, harus diakui bahwa pendapatan seperti
yang diukur oleh statistik mungkin merupakan indeks yang tidak sempurna untuk
kekayaan karena dapat berfluktuasi secara tahunan, dan konsep jangka panjang,
seperti konsep pendapatan permanen yang dikembangkan dalam kaitannya dengan
teori konsumsi, mungkin lebih berguna.
2)
Pembagian kekayaan
antara bentuk manusia dan non-manusia. Aset utama dari sebagian besar pemegang
kekayaan adalah kemampuan penghasilan pribadi. Namun, konversi manusia menjadi
kekayaan non-manusia atau sebaliknya terbatas karena keterbatasan
institusional. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan penghasilan saat ini
untuk membeli kekayaan non-manusia atau dengan menggunakan kekayaan non-manusia
untuk mendanai pembelian keterampilan, tetapi tidak dengan membeli atau menjual
kekayaan manusia dan hanya dalam jumlah terbatas dengan meminjam pada jaminan
kekuatan penghasilan.
3)
Tingkat pengembalian
yang diharapkan atas uang dan aset lainnya. Tingkat pengembalian ini adalah
kebalikan dari harga komoditas dan substitusinya serta komplementernya dalam
teori permintaan konsumen pada umunya. Tingkat pengembalian nominal pada uang
bisa menjadi nol, dengan tingkat pengembalian mata uang umumnya dapat berada
dalam rentang negatif atau positif. Hal ini dapat terjadi pada simpanan
permintaan yang mungkin dikenai biaya layanan netto, yang bisa membuat tingkat
pengembalian menjadi negatif, atau pada simpanan permintaan di mana bunga
dibayarkan, yang biasanya menghasilkan tingkat pengembalian positif, terutama
pada periode tertentu.
4)
Variabel-variabel
lain yang menentukan utilitas yang melekat pada jasa yang diberikan dalam
bentuk uang relatif terhadap yang diberikan oleh aset lain, dalam terminologi
Keynesian, menentukan nilai yang melekat pada likuiditas merupakan hal yang tepat.
Salah satu variabel yang mungkin sudah dipertimbangkan adalah kekayaan riil
atau pendapatan. Jasa yang diberikan dengan uang, pada prinsipnya, dianggap
oleh pemilik kekayaan sebagai "kebutuhan", seperti roti, yang
konsumsinya meningkat kurang dari peningkatan pendapatan, atau sebagai
"kemewahan", seperti rekreasi, yang konsumsinya meningkat melebihi
proporsinya.
Permintaan oleh perusahaan bisnis tidak terikat oleh
kendala, mereka dapat menentukan jumlah total modal yang terkandung dalam aset
produktif, termasuk uang, untuk memaksimalkan pengembalian, karena mereka dapat
mengakuisisi modal tambahan melalui pasar modal. Disisi lain, variabel yang
mendefinisikan "skala" dari perusahaan mungkin relevan sebagai indeks
dari nilai produktif berbeda dengan jumlah uang untuk perusahaan. Namun,
kurangnya data telah berarti bahwa pekerjaan empiris yang lebih sedikit telah
dilakukan pada permintaan bisnis untuk uang dibandingkan dengan kurva permintaan
agregat yang mencakup pemegang kekayaan akhir dan perusahaan bisnis.
Adapun efek stok penyangga yang berperan melayani
fungsi dasarnya sebagai tempat sementara kekuatan pembelian, saldo kas harus
berfluktuasi, menyerap ketidaksesuaian sementara antara pembelian dan penjualan
yang diwakili oleh mereka.
e. Rekonsiliasi permintaan dengan penawaran
Rekonsiliasi permintaan dan penawaran, khususnya dalam
konteks uang, melibatkan pemahaman bagaimana perubahan kuantitas uang (M)
mempengaruhi berbagai variabel ekonomi, termasuk suku bunga (R), harga (P), dan
output (Y).
Kritikus berpendapat bahwa teori kuantitas tidak
merinci mekanisme transmisi antara perubahan M dan perubahan penyeimbang dalam
variabel lain, sehingga menunjukkan ketergantungan pada “kotak hitam” yang
menghubungkan input (kuantitas nominal uang) dan output (efek pada harga dan
jumlah). Namun, kritik ini tidak dapat dibenarkan karena menyiratkan perbedaan
mendasar dalam mekanisme transmisi persamaan kuantitas dibandingkan dengan
analisis permintaan-penawaran suatu produk tertentu, padahal sebenarnya tidak
demikian. Kedua skenario tersebut melibatkan penjumlahan fungsi permintaan
untuk masing-masing unit konsumen atau produsen, dengan fungsi permintaan
terpisah ditentukan oleh selera dan peluang unit tersebut. Fungsi pasokan dalam
kedua kasus tersebut bergantung pada kemungkinan produksi, pengaturan
kelembagaan, dan kondisi pasokan sumber daya. Perbedaan antara jumlah yang
diminta dan ditawarkan pada harga yang ada hanya dapat dihilangkan melalui
perubahan harga atau mekanisme penjatahan alternatif.
Selain itu terdapat, mekanisme transmisi yang memberi
perlakuan sama terhadap uang, barang serta jasa lainnya, dengan keinginan untuk
melampaui kesetaraan permintaan dan penawaran untuk menguji variabel-variabel
yang mempengaruhi jumlah yang diminta dan ditawarkan serta proses penyesuaian
yang dinamis.
f.
Efek putaran
pertama
Dampak putaran pertama dari perubahan kuantitas uang,
sebagaimana dibahas oleh Tobin dan Mill, mengacu pada dampak langsung dari
bagaimana uang baru pada awalnya digunakan atau didistribusikan. Tobin
mempertanyakan apakah sumber uang baru itu penting, terutama jika peningkatan
kuantitas uang memiliki efek yang sama baik digunakan untuk membeli barang atau
obligasi. Mill berpendapat bahwa penerbitan surat berharga pemerintah, terutama
untuk konsumsi, akan menaikkan harga, namun jika digunakan untuk melunasi
utang, hal ini mungkin tidak akan berdampak.
Kritik terhadap persamaan kuantitas karena mengabaikan
efek putaran pertama ini memang benar. Cara uang baru diperkenalkan dan
digunakan dapat mempengaruhi hasilnya secara signifikan. Misalnya, jika uang
baru dibelanjakan untuk barang dan jasa, hal ini secara langsung meningkatkan
permintaan terhadap barang-barang tersebut. Sebaliknya, jika digunakan untuk
membeli utang atau dijadikan sebagai penyangga, hal ini tidak serta merta
mempengaruhi permintaan barang dan jasa. Dampak-dampak ini lebih terasa pada
tahap awal namun menghilang seiring dengan beredarnya uang baru dalam
perekonomian.
Pendekatan Keynesian menekankan pentingnya dampak
putaran pertama dengan berfokus pada aliran belanja dibandingkan persediaan
aset. Sebaliknya, pendekatan teori kuantitas tidak begitu mementingkan efek
putaran pertama. Pertanyaan empiris mengenai seberapa signifikan dampak putaran
pertama dibandingkan dengan dampak akhir masih belum terjawab secara teori. Hal
ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk reaksi penerima uang tunai,
kecepatan distribusi uang, dan berapa lama uang tersebut berada di setiap titik
perekonomian.
Meskipun ada pernyataan bahwa dampak putaran pertama
adalah signifikan, tidak ada bukti empiris sistematis yang mendukung hal ini.
Sebab respon pengeluaran terhadap perubahan kuantitas uang pada waktu yang
berbeda dan dalam sistem moneter yang berbeda menunjukkan bahwa dampak awal
mungkin tidak terlalu signifikan. Studi empiris yang dirancang untuk menguji
pentingnya dampak putaran pertama juga mendukung anggapan ini.
g. Mekanisme transmisi internasional
Mekanisme ini berkaitan erat dengan teori kuantitas,
melibatkan penyesuaian jumlah uang beredar antar negara, khususnya dalam
konteks standar komoditas di mana uang setara dengan komoditas tertentu seperti
emas atau perak. Mekanisme ini menjelaskan bagaimana perubahan jumlah uang
beredar di suatu negara dapat mempengaruhi harga dan pendapatan nominal di
negara tersebut dan negara lainnya, serta bagaimana perubahan tersebut tercermin
dalam neraca perdagangan internasional.
Mekanisme aliran mata uang Hume, Thornton, dan Ricardo
menunjukkan bahwa jumlah uang beredar yang berlebihan di satu negara dapat
menyebabkan harga lebih tinggi dibandingkan negara lain, sehingga mendorong
impor dan menghambat ekspor. Ketidakseimbangan ini diperbaiki melalui
pengiriman mata uang logam, yang mengurangi jumlah uang beredar di negara
defisit dan meningkatkannya di negara lain, sehingga menyebabkan koreksi
tingkat harga di berbagai negara.
Namun, analisis klasik ini dikritik karena terlalu
sederhana, terutama karena mengabaikan peran arus modal jangka pendek dan
jangka panjang serta mekanisme harga tunggal, yang mengasumsikan harga tunggal
untuk barang-barang yang diperdagangkan secara internasional. Mekanisme ini
lebih relevan dalam pasar yang efisien dimana spekulasi menjamin harga tunggal
dalam mata uang bersama, dan kompetisi domestik menjaga harga relatif sejalan
dengan biaya.
Dalam praktiknya, sebagian besar negara menggunakan
gabungan standar komoditas dan fidusia, sehingga memungkinkan perubahan
komponen fidusia uang untuk menggantikan aliran mata uang sebagai mekanisme
penyesuaian. Bagi negara-negara yang tidak mempunyai mata uang tunggal,
penyesuaian nilai tukar berfungsi untuk menjaga hubungan harga yang sesuai
antar negara. Pemerintah secara historis telah melakukan intervensi untuk
menghindari perubahan nilai tukar melalui subsidi, tarif, dan kontrol langsung
atas transaksi mata uang asing, yang dapat menyebabkan krisis keuangan dan
penyesuaian nilai tukar yang besar. Mekanisme transmisi kebijakan moneter,
sebagaimana dijelaskan oleh Bank Sentral Eropa, melibatkan jeda waktu yang
panjang, bervariasi, dan tidak pasti, sehingga sulit untuk memprediksi dampak
pasti dari keputusan kebijakan moneter terhadap perekonomian dan tingkat harga.
2.
Tantangan
Keynesian terhadap Teori Kuantitas
Depresi Besar pada
tahun 1930an menimbulkan gelombang skeptisisme terhadap relevansi dan validitas
teori kuantitas uang. Bank-bank sentral, termasuk Federal Reserve, berpendapat
bahwa kebijakan "uang mudah" tidak efektif dalam memitigasi depresi,
dan terdapat suku bunga jangka pendek yang rendah sebagai buktinya. Skeptisisme
ini semakin dipicu oleh "The General
Theory of Employment, Interest and Money" (1936) karya John Maynard
Keynes, yang menawarkan interpretasi alternatif terhadap fluktuasi ekonomi dan
depresi. Keynes menekankan pengeluaran investasi dan stabilitas fungsi konsumsi
atas persediaan uang dan fungsi permintaan uang. Keynes berpendapat bahwa dalam
kondisi setengah pengangguran, permintaan uang akan sangat tidak stabil dan
beradaptasi dengan perubahan pendapatan uang atau persediaan uang. Perspektif
ini menyebabkan pergeseran pemikiran ekonomi, dimana Keynesianisme menjadi
terkenal karena fokusnya pada kebijakan fiskal dan peran ekspektasi dalam
fluktuasi ekonomi.
Karya Keynes
menantang pandangan klasik dan neoklasik bahwa harga, khususnya upah, dapat
dianggap kaku dalam jangka pendek. Ia berargumen bahwa dalam kondisi tertentu,
uang dan obligasi dapat menjadi substitusi yang sempurna, yang mengarah pada
fungsi preferensi likuiditas horizontal pada tingkat suku bunga yang rendah
namun terbatas. Perspektif ini menyatakan bahwa perubahan kuantitas uang dapat
menyebabkan perubahan suku bunga tanpa mempengaruhi pendapatan atau sebaliknya,
sehingga menyoroti pentingnya ekspektasi dalam dinamika perekonomian.
Kontroversi antara
penganut Keynesian dan ahli teori kuantitas telah menghasilkan perbedaan yang
lebih jelas antara dampak perubahan moneter jangka panjang dan jangka pendek.
Penganut teori Keynesian cenderung berfokus pada dampak perubahan kuantitas
uang terhadap suku bunga dan pengeluaran, sedangkan penganut teori kuantitas
menekankan dampak langsung pengeluaran dan cakupan aset yang lebih luas.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, kedua pendekatan tersebut mengakui
pentingnya kebijakan moneter dalam mengatasi fluktuasi perekonomian dan peran
ekspektasi terhadap hasil perekonomian.
3.
Kurva Philips dan
Hipotesis Laju Alami
Kurva Phillips,
yang menyatakan hubungan terbalik antara pengangguran dan tingkat perubahan
upah nominal, merupakan perkembangan signifikan dalam teori ekonomi
pascaperang. Hal ini awalnya disambut baik oleh penganut Keynesian karena
adanya trade-off antara pengangguran dan inflasi, yang menunjukkan bahwa
pengurangan pengangguran secara permanen dapat dicapai dengan mengorbankan
inflasi yang moderat. Perspektif ini didukung oleh asumsi Keynesian bahwa harga
dan upah dapat dianggap ditentukan secara institusional, sehingga memungkinkan
adanya hubungan antara perubahan upah nominal dan pengangguran.
Namun, teori
kuantitas menantang Kurva Phillips dengan membedakan antara besaran riil dan
nominal. Di mana kuantitas tenaga kerja yang diminta dan ditawarkan merupakan
fungsi dari upah riil, bukan upah nominal. Oleh karena itu, harus ada tingkat
pengangguran ekuilibrium yang sesuai dengan struktur ekuilibrium tingkat upah
riil, yang dikenal sebagai “tingkat pengangguran alamiah”. Tingkat keseimbangan
ini ditentukan oleh sistem persamaan keseimbangan umum Walrasian, dengan
mempertimbangkan ketidaksempurnaan pasar, variabilitas stokastik, dan faktor
lainnya.
Hipotesis Tingkat
Alam (NRH) menyatakan bahwa dalam jangka panjang, tidak ada hubungan inheren
antara tingkat perubahan upah nominal dan tingkat pengangguran. Artinya Kurva
Phillips yang menunjukkan hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran
merupakan fenomena jangka pendek. NRH berpendapat bahwa Kurva Phillips akan
cenderung vertikal sesuai dengan tingkat pengangguran alami dalam jangka
panjang.
Munculnya
stagflasi pada tahun 1970an menantang Kurva Phillips dan NRH, yang menyebabkan
penggantian Kurva Phillips yang asli dengan Kurva Phillips yang disesuaikan
dengan ekspektasi. Penyesuaian ini mengakui bahwa hubungan antara inflasi dan
pengangguran mungkin tidak akan bertahan dalam jangka panjang atau bahkan
berpotensi dalam jangka pendek, karena perubahan ekspektasi konsumen dan
pekerja.Penerimaan hipotesis tingkat alamiah mempunyai dampak yang besar
terhadap kebijakan ekonomi dan diterima kalangan ekonom.
4.
Teori Ekspetasi
Rasional
Teori Ekspektasi
Rasional, yang dikembangkan oleh John F. Muth pada tahun 1961, merupakan
kontribusi signifikan terhadap teori ekonomi yang berfokus pada dinamika
perubahan jangka pendek dan potensi kebijakan stabilisasi. Hal ini menyatakan
bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi berdasarkan informasi yang tersedia
saat ini dan teori yang benar tentang hubungan antar variabel. Teori ini
mempunyai implikasi besar terhadap validitas model ekonometrik dan efektivitas
kebijakan stabilisasi.
Teori ini
menyatakan bahwa jika suatu aturan kebijakan moneter yang diterapkan sudah
efektif di masa lalu, kemungkinan besar aturan tersebut tidak akan berfungsi
lagi di masa depan karena model yang digunakan untuk mengembangkan aturan
tersebut adalah untuk perekonomian tanpa aturan moneter. Penerapan aturan ini
mengubah ekspektasi dan perilaku rasional, sehingga berpotensi menjadikan model
tersebut tidak efektif. Hal ini mirip dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg,
dimana tindakan pengamatan mengubah sistem yang diamati.
Hipotesis
netralitas, sebuah varian dari teori ini, menyatakan bahwa ekspektasi rasional
yang benar dari para pelaku ekonomi akan mencakup antisipasi yang benar
terhadap kebijakan moneter. Berdasarkan hipotesis tingkat alamiah, kebijakan
tersebut akan mempengaruhi besaran nominal namun tidak mempengaruhi besaran
riil seperti output dan lapangan kerja. Oleh karena itu, pihak berwenang hanya
dapat mempengaruhi jalannya peristiwa dengan bertindak secara ad hoc dan tidak
dapat diprediksi, yang mungkin akan mengganggu stabilitas perekonomian,
bukannya menstabilkan perekonomian.
Teori ekspektasi
rasional mempunyai implikasi luas terhadap model dan kebijakan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa semua dampak nyata dari kebijakan pemerintah yang sistematis
dan diumumkan tidak akan dianggap sia-sia, dan bahwa masalah serius telah
muncul dalam merumuskan hipotesis dengan cara yang memuaskan secara logis.
Penelitian di bidang ini mengalami kemajuan pesat, dengan banyak perubahan
dalam opini yang diterima yang diantisipasi sebelum revolusi ekspektasi rasional
sepenuhnya diterapkan.
5.
Bukti Empiris
Bukti empiris yang
mendukung hubungan antara perubahan kuantitas uang dan tingkat harga sangat
luas dan mencakup berbagai keadaan. Hubungan ini telah diamati selama
berabad-abad di berbagai negara dan pengaturan moneter, yang menunjukkan
hubungan yang kuat dan konsisten antara keduanya. Perubahan substansial dalam
jumlah uang per unit output secara konsisten menyebabkan perubahan besar pada
tingkat harga dalam arah yang sama, dan sebaliknya. Bukti ini didasarkan pada
catatan sejarah, termasuk dampak penemuan spesies, dampak inflasi yang besar,
dan perilaku pendapatan nominal dan harga dari waktu ke waktu.
Arah pengaruh
antara perubahan kuantitas uang dan harga telah menjadi bahan kontroversi.
Beberapa orang berpendapat bahwa perubahan harga dapat menyebabkan perubahan
kuantitas uang, sehingga perubahan moneter merupakan konsekuensi pasif. Ada
pula yang berpendapat bahwa perubahan kuantitas uang dapat menyebabkan
perubahan harga, yang menyiratkan bahwa kendali atas kuantitas uang berarti
kendali atas harga. Penafsiran ini didukung oleh beragamnya peraturan moneter
yang telah diamati adanya hubungan antara moneter dan pergerakan harga. Namun,
juga diakui bahwa perubahan harga dapat mempengaruhi kuantitas uang, sehingga
membuat hubungan tersebut menjadi rumit dan sering kali bersifat refleksif.
Bukti sejarah
mencakup dampak standar mata uang, dimana perubahan jumlah nominal uang sering
kali disertai dengan perubahan harga nominal. Penemuan sumber-sumber spesies
baru, seperti penemuan emas di Dunia Baru pada abad ke-16, menyebabkan revolusi
harga yang signifikan. Demikian pula, penemuan emas di Australia dan Amerika
Serikat pada tahun 1840an diikuti oleh kenaikan harga yang besar pada tahun
1850an. Contoh-contoh ini menggambarkan hubungan antara perubahan kuantitas
uang dan tingkat harga.
Periode gangguan
moneter yang besar, seperti hiperinflasi setelah Perang Dunia I dan Perang
Dunia II, memberikan bukti dramatis mengenai peran kuantitas uang dalam mempengaruhi
harga. Periode-periode ini menunjukkan pentingnya peran perubahan kuantitas
uang dalam mendorong inflasi. Literatur mengenai fenomena moneter telah
menghasilkan temuan yang luas, termasuk hubungan yang konsisten antara tingkat
pertumbuhan jumlah uang dan tingkat pertumbuhan pendapatan nominal, baik untuk
jangka panjang maupun jangka pendek. Bukti ini mendukung teori kuantitas uang,
yang menyatakan bahwa tingkat harga umum barang dan jasa sebanding dengan jumlah
uang beredar dalam suatu perekonomian, dengan asumsi tingkat output riil dan
perputaran uang adalah konstan.
Ringkasnya, bukti
empiris sangat mendukung hubungan antara perubahan kuantitas uang dan tingkat
harga, dimana perubahan substansial pada satu sisi akan menyebabkan perubahan
substansial pada sisi lainnya. Hubungan ini telah diamati pada periode sejarah
dan lokasi geografis yang berbeda, sehingga memberikan landasan yang kuat bagi
teori kuantitas uang.
6. Implikasi Kebijakan
Implikasi Teori
Kuantitas Uang terhadap kebijakan ekonomi mempunyai banyak aspek dan telah
menjadi bahan perdebatan di kalangan ekonom. Secara umum, teori ini menyatakan
bahwa kuantitas uang merupakan variabel penting dalam kebijakan yang bertujuan
mengendalikan harga atau pendapatan nominal. Menurut teori ini, inflasi dapat
dicegah dengan menjaga jumlah uang per unit output agar tidak meningkat secara
signifikan, dan deflasi dapat dicegah dengan menjaga jumlah uang per unit
output agar tidak menurun secara signifikan. Hal ini menyiratkan bahwa otoritas
moneter memiliki peran penting dalam mengelola jumlah uang beredar untuk
menstabilkan harga dan pendapatan nominal.
Namun, implikasi
kebijakan yang tepat dari Teori Kuantitas Uang bersifat kompleks dan bergantung
pada berbagai faktor, termasuk perputaran uang, keadaan perekonomian, dan
pengaturan moneter spesifik yang berlaku. Asumsi teori tersebut, seperti
perputaran uang yang konstan dan perekonomian yang beroperasi pada kesempatan
kerja penuh, sering kali tidak terpenuhi dalam kenyataan, sehingga menimbulkan
kritik dan keterbatasan. Misalnya, perputaran uang dapat berfluktuasi karena
kemajuan teknologi, suku bunga, dan kepercayaan ekonomi, yang dapat
mempengaruhi kekuatan prediksi teori mengenai inflasi. Selain itu, teori ini menyederhanakan
konsep jumlah uang beredar, dengan asumsi bahwa jumlah uang beredar dapat
dengan mudah dikendalikan oleh bank sentral, yang mungkin tidak selalu terjadi
dalam praktiknya.
Terlepas dari
kritik ini, Teori Kuantitas Uang tetap menjadi konsep dasar dalam ilmu ekonomi,
yang menawarkan wawasan tentang hubungan antara jumlah uang beredar dan tingkat
harga. Hal ini telah mempengaruhi kebijakan bank sentral yang bertujuan
mengendalikan inflasi dan menstabilkan perekonomian. Namun, penting untuk menggunakan
teori ini bersama dengan teori dan model ekonomi lainnya untuk memberikan
informasi dalam pengambilan kebijakan, dengan mengakui asumsi dan
keterbatasannya.
Dapat disimpulkan
bahwasanya Teori Kuantitas Uang menyatakan bahwa otoritas moneter memainkan peran
penting dalam mengelola jumlah uang beredar untuk mengendalikan harga dan
pendapatan nominal. Namun, asumsi dan keterbatasan teori ini berarti bahwa
implikasinya terhadap kebijakan ekonomi sangatlah kompleks dan memerlukan
pertimbangan yang cermat bersama dengan teori dan model ekonomi lainnya.
Saya setuju dengan Milton Friedman dalam Quantity Theory of Money. Teori ini menurut saya penting bagi mahasiswa ekonom karena menekankan pentingnya memahami kuantitas uang dalam hubungannya dengan harga dan pendapatan riil. Selain itu, teori ini memberikan dasar untuk pemahaman tentang hubungan antara kebijakan moneter dan tingkat inflasi, yang penting dalam merancang kebijakan ekonomi yang efektif. Karena dengan memahami teori ini, mahasiswa ekonom dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana perubahan dalam kuantitas uang dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
BalasHapusEssay anda memberikan gambaran yang sangat menyeluruh mengenai Quantity Theory of Money yang diperkenalkan oleh Milton Friedman. Dalam essai ini, anda membahas aspek-aspek kunci, mulai dari teori formal, persamaan kuantitas, penyediaan uang, permintaan uang, hingga tantangan Keynesian, Kurva Phillips, teori ekspektasi rasional, dan bukti empiris yang mendukung teori tersebut. Pertama-tama, essay tersebut memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar teori kuantitas uang, termasuk perbedaan antara kuantitas uang nominal dan riil, serta persamaan kuantitas yang mengeksplorasi hubungan antara aliran uang dan pertukaran barang. Penjelasan tentang penyediaan uang, permintaan uang, dan mekanisme transmisi internasional juga sangat informatif, memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi ekonomi secara global. Tantangan Keynesian terhadap teori kuantitas uang juga diuraikan dengan baik, memberikan pandangan yang seimbang antara perspektif klasik dan Keynesian. Penjelasan tentang Kurva Phillips dan hipotesis laju alami menambah kompleksitas dalam memahami hubungan antara pengangguran, inflasi, dan kebijakan moneter.
BalasHapusDari pernyataan di atas menjelaskan bahwa studi empiris modern mendukung hubungan yang kuat antara perubahan kuantitas uang dan tingkat harga. Analisis ekonometrik menggunakan data historis telah menunjukkan korelasi positif antara pertumbuhan jumlah uang dan inflasi, walaupun dampaknya mungkin terjadi dengan jeda waktu tertentu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti kebijakan fiskal, struktur pasar, dan kondisi ekonomi global. Pentingnya teori kuantitas uang dalam menjelaskan fenomena ekonomi, terutama inflasi, telah membuatnya tetap relevan dalam analisis ekonomi modern. Meskipun beberapa pendekatan alternatif telah muncul, termasuk pendekatan Keynesian dan teori ekspektasi rasional, teori kuantitas uang tetap menjadi salah satu kerangka kerja utama yang digunakan oleh ekonom untuk memahami hubungan antara uang, harga, dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
BalasHapusSaya setuju dengan pandangan Milton Friedman tentang pentingnya memahami kuantitas uang nominal dan riil. Pemahaman ini sangat penting dalam ekonomi moneter karena menentukan bagaimana uang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Kuantitas uang nominal adalah jumlah uang yang diukur dalam satuan moneter, seperti dolar atau euro, tanpa mempertimbangkan daya belinya. Sebaliknya, kuantitas uang riil mengacu pada daya beli uang tersebut, yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan jumlah uang nominal tersebut. Friedman menekankan bahwa orang lebih peduli dengan kuantitas uang riil karena itu yang menentukan kemampuan mereka untuk membeli barang dan jasa. Jika jumlah uang nominal meningkat lebih cepat daripada produksi barang dan jasa, maka akan terjadi inflasi, yang mengurangi kuantitas uang riil. Oleh karena itu, teori kuantitas uang, yang menghubungkan jumlah uang dengan tingkat harga dan output, tetap relevan dalam analisis ekonomi modern.
BalasHapussaya setuju dengan teori militon ini karena kita masyarakat tudak akan jauh dari yang mamanya ekonomi sshingga ekonomi sangat penting bagi kita . Dan bagaimana pentingnya kuantitas uang,uang yang berdar dengan harga dan pendapatan rill. Dan menrut saya buku ini menjelaskan atau memberikan pemahama mendasar tentang kebijakan moneter dengan inflasi sehingga dengan paham buku ini kita selaku masyarakat akan lebih paham tebtang apa itu kuantitas uang guna menstabilkan perekonomian .
BalasHapus"Quantity Theory of Money" karya Milton Friedman, secara rinci menekankan pentingnya memahami perbedaan antara jumlah uang nominal dan uang riil. Friedman menyoroti bahwa uang nominal mengacu pada jumlah uang dalam satuan mata uang (misalnya dolar, euro), sedangkan uang rill mewakili jumlah uang yang dinyatakan dalam barang dan jasa yang dapat dibeli dengan uang tersebut. Teori kuantitas uang menegaskan bahwa kuantitas riil sangat penting bagi pemegang uang, karena mereka ingin memiliki uang rill dalam jumlah tertentu dan akan menyesuaikan pengeluaran dan investasi mereka. Persamaan kuantitas, sering direpresentasikan sebagai MV=PT, berupaya menggambarkan hubungan antara aliran uang dan pertukaran barang atau jasa dalam bentuk matematika. Artikel ini juga menggali berbagai pendekatan dalam teori kuantitas uang, seperti pendekatan tarnsaksi dan pendapatan, serta pendekatan saldo kas Cambridge, yang masing-masing menyoroti prespektif berbeda mengenai peran uang dalam perekonomian. Karya Friedman ini juga membahas pertimbangan jumlah uang beredar, khususnya dalam konteks uang berdaya tinggi dan faktor-faktor yang menentukan jumlah nominal uang yang tersedia untuk ditabung.
BalasHapusMilton Friedman memberikan contoh nyata bagaimana perubahan besar dalam jumlah uang beredar menyebabkan kenaikan harga yang signifikan, bahkan mencapai tingkat inflasi yang sangat tinggi. Contoh lain termasuk dampak dari kebijakan moneter yang ekspansif atau restriktif, yang secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar dan menghasilkan perubahan yang sesuai dalam tingkat harga. Studi empiris modern juga mendukung hubungan antara perubahan kuantitas uang dan harga. Analisis statistik yang rumit, termasuk regresi dan pengujian ekonometrik, telah menunjukkan korelasi yang kuat antara kuantitas uang dan tingkat harga dalam berbagai konteks ekonomi. Penelitian ini sering kali menggunakan data waktu seri untuk mengamati tren jangka panjang dan mengidentifikasi efek jangka pendek dari perubahan kuantitas uang terhadap tingkat harga.
BalasHapusMilton Friedman "Quantity Theory of Money" menyajikan pemahaman tentang hubungan antara jumlah uang dalam perekonomian dan tingkat harga barang dan jasa. Friedman berpendapat bahwa dalam jangka panjang, kenaikan jumlah uang akan menyebabkan kenaikan harga secara proporsional. Artinya, jika jumlah uang berlipat ganda, maka harga barang dan jasa juga cenderung naik sekitar dua kali lipat. Friedman menekankan peran ekspektasi (expectations) dan kecepatan peredaran uang (velocity of money) dalam menentukan dampak dari perubahan jumlah uang terhadap harga. Jika ekspektasi inflasi naik atau kecepatan peredaran uang meningkat, maka efek kenaikan harga bisa lebih besar dari yang diprediksi berdasarkan teori kuantitas uang. Dengan demikian, Quantity Theory of Money karya Milton Friedman memberikan pandangan yang kuat tentang bagaimana jumlah uang mempengaruhi tingkat harga dalam ekonomi, dengan fokus pada peran ekspektasi, kecepatan peredaran uang, dan implikasi kebijakan moneter.
BalasHapusMilton Friedman pada karyanya berjudul "Quantity Theory of Money" yang disajikan dalam The New Palgrrave: A Dictionary of Economics membahas tentang prinsip-prisnsip dasar Quantity Theory of Money. Dalam bukunya ia membahas secara singkat mengenai perkembangan teori kuantitas uang secara historis, mulai dari pandangan klasik samapi perdebatan dengan pendapat Keynisian. Kemudian Teori ekspetasi rasional dipaparkan sebagai salah satu perkembangan penting dalam memahami dinamika ekonomi dalam jangka pendek maupun potensi kebijkan stabilitas. Hal ini membantu berkembangkan pemikiran ekonomi moneter secara sistematis, mulai dari pandangan tradisional hingga modern.
BalasHapus"Quantity Theory of Money" yang disajikan dalam The New Palgrave: A Dictionary of Economics menguraikan prinsip-prinsip dasar teori tersebut dengan jelas. Dalam sub-bagian tersebut, Friedman membahas konsep kuantitas uang nominal versus riil dengan mendalam. Friedman menjelaskan perbedaan antara kuantitas uang nominal, yang merupakan jumlah uang dalam satuan yang digunakan (misalnya dolar, euro), dan kuantitas uang riil, yang mencerminkan jumlah uang dalam hubungannya dengan volume barang dan jasa yang dapat dibeli dan Friedman memperkenalkan persamaan kuantitas uang Dengan demikian, karya Friedman ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep dasar dalam Quantity Theory of Money, yang merupakan landasan bagi analisis ekonomi moneter dan kebijakan moneter.
BalasHapus